Toyotomi Hideyoshi (豊臣 秀吉, 17 Maret 1537 – 18 September 1598), atau dikenal sebagai Kinoshita Tōkichirō (木下 藤吉郎) dan Hashiba Hideyoshi (羽柴 秀吉), adalah seorang samurai dan daimyō (tuan feodal) Jepang di zaman Sengoku dan Azuchi-Momoyama dan dianggap sebagai "Pemersatu Besar" Jepang yang kedua. Meskipun ia berasal dari latar belakang petani, kekuasaannya yang besar membuatnya mendapatkan pangkat dan gelar Kampaku (関白, Bupati Kekaisaran) dan Daijō-daijin (太政大臣, Kanselir Alam), jabatan dan gelar resmi tertinggi di kelas bangsawan. Dia adalah orang pertama dalam sejarah yang menjadi seorang Kampaku yang tidak terlahir sebagai bangsawan. Ia kemudian menyerahkan posisi dan gelar Kampaku kepada keponakannya, Toyotomi Hidetsugu. Dia tetap berkuasa sebagai Taikō (太閤), gelar selepas Kampaku, sampai kematiannya. Hal ini diyakini, walau tidak jelas, bahwa alasan dia menolak atau tidak bisa mendapatkan gelar shogun (征夷大将軍), adalah karena dia berasal dari petani.
Hideyoshi yang berlatar belakang petani memulai karir sebagai punggawa penguasa terkemuka Oda Nobunaga untuk menjadi salah satu orang paling berkuasa dalam sejarah Jepang. Hideyoshi menggantikan Nobunaga setelah Insiden Honnō-ji pada tahun 1582 dan melanjutkan kampanye Nobunaga untuk menyatukan Jepang yang berujung pada berakhirnya periode Sengoku. Hideyoshi menjadi pemimpin de facto Jepang dan memperoleh posisi bergengsi daijō-daijin dan kampaku pada pertengahan tahun 1580-an. Hideyoshi melancarkan invasi Jepang ke Korea pada tahun 1592 dan meraih keberhasilan awal, namun kebuntuan militer akhirnya merusak prestisenya sebelum kematiannya pada tahun 1598. Putra muda Hideyoshi dan penerusnya, Toyotomi Hideyori, digantikan oleh Tokugawa Ieyasu pada Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 yang menyebabkan berdirinya Keshogunan Tokugawa.
Pemerintahan Hideyoshi mencakup sebagian besar periode Azuchi–Momoyama di Jepang, sebagian dinamai berdasarkan kastilnya, Kastil Momoyama. Hideyoshi meninggalkan warisan yang berpengaruh dan abadi di Jepang, termasuk Kastil Osaka, sistem kelas Tokugawa, pembatasan kepemilikan senjata bagi samurai, dan pembangunan serta restorasi banyak kuil, beberapa di antaranya masih terlihat di Kyoto.
3. Kampanye Menghadapi Azai Nagamasa
Pada tahun 1570, Oda Nobunaga bermaksud untuk menyerang klan Asakura di provinsi Echizen, yang dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaannya. Saat itu, Azai Nagamasa sebenarnya adalah sekutu Oda Nobunaga melalui pernikahannya dengan Oichi, adik perempuan Nobunaga. Namun, Nagamasa merasa loyal kepada klan Asakura, sehingga dia memilih untuk berpihak pada Asakura melawan Nobunaga.
Di tahun yang sama, Nobunaga membawa pasukannya ke wilayah Echizen untuk menyerang klan Asakura, yang dipimpin oleh Asakura Yoshikage. Namun, di tengah ekspedisi ini, Azai Nagamasa, yang seharusnya menjadi sekutu Nobunaga, justru berbalik melawannya. Pengkhianatan ini menempatkan Nobunaga dalam situasi sulit, karena pasukannya kini terjepit di antara pasukan Asakura dan pasukan Azai.
Dalam situasi yang genting ini, Hashiba Hideyoshi memainkan peran kunci dalam menyelamatkan Nobunaga dari kekalahan total. Hideyoshi mengatur manuver pengunduran diri (dikenal sebagai "Kanegasaki no Kyūshutsu" atau "Penyelamatan Kanegasaki") untuk mengamankan jalan keluar bagi Nobunaga dan pasukannya. Ia berhasil menarik perhatian pasukan Azai dan Asakura dengan mengadakan perlawanan kecil, sehingga memberikan waktu bagi Nobunaga dan pasukan utama untuk mundur ke tempat yang lebih aman.
Dengan strategi Hideyoshi, Nobunaga dan sebagian besar pasukannya berhasil mundur dan menghindari kehancuran. Meskipun pertempuran ini tidak menghasilkan kemenangan besar, keberhasilan dalam menghindari pengepungan yang mematikan di Kanegasaki adalah sebuah pencapaian penting.
Kemudian, pada bulan Juni 1570, Nobunaga bersekutu dengan Tokugawa Ieyasu pada Pertempuran Anegawa untuk mengepung dua benteng klan Azai dan Asakura, dan Hideyoshi ditugaskan untuk memimpin pasukan Oda ke pertempuran terbuka untuk pertama kalinya. Hideyoshi berada di garis depan bersama dengan panglima-panglima lainnya.
Pertempuran ini berlangsung brutal, dengan kedua pihak mengalami banyak korban. Namun, pasukan Oda-Tokugawa menunjukkan superioritas dalam taktik dan persenjataan. Pada akhirnya, pasukan Azai dan Asakura terdesak dan mengalami kekalahan, meskipun keduanya sempat memberikan perlawanan yang cukup kuat.
Walaupun Hideyoshi tidak bertindak sebagai pemimpin tertinggi, keterlibatannya dalam pertempuran ini memperlihatkan keberaniannya dan dedikasinya pada Nobunaga. Setelah kemenangan di Anegawa, reputasi Hideyoshi meningkat, dan Nobunaga semakin mempercayainya sebagai pemimpin yang berpotensi besar.
Setelah kekalahan Azai-Asakura dalam Pertempuran Anegawa, pada tahun 1573 Hideyoshi berperan dalam upaya pengepungan benteng Odani, markas utama Azai Nagamasa. Nobunaga menugaskan Hideyoshi untuk mengoordinasikan serangan-serangan yang melemahkan pertahanan Azai. Selama pengepungan ini, Hideyoshi dan pasukannya menunjukkan keberanian serta ketekunan dalam menghadapi pertahanan ketat benteng. Setelah benteng jatuh, Azai Nagamasa menyerah dan melakukan seppuku. Perang ini juga memberikan dampak emosional pada Oichi, adik Nobunaga dan istri Nagamasa. Oichi diizinkan kembali ke pihak Nobunaga bersama dengan anak-anaknya.
4. Ditunjuk Menjadi Daimyo dan Memulai Kampanye Melawan Klan Mori
Nobunaga menunjuk Hideyoshi daimyo dari tiga distrik di bagian utara Provinsi Ōmi. Awalnya, Hideyoshi tinggal di bekas markas Azai di Kastil Odani, namun pindah ke kota Kunitomo dan menamainya "Nagahama" sebagai penghormatan kepada Nobunaga. Hideyoshi kemudian pindah ke pelabuhan di Imahama di Danau Biwa, di mana ia mulai bekerja di Kastil Imahama dan mengambil kendali pabrik senjata api Kunitomo di dekatnya yang telah didirikan beberapa tahun sebelumnya oleh Azai dan Asakura. Di bawah pemerintahan Hideyoshi, produksi senjata api di pabrik meningkat secara dramatis. Belakangan, Hideyoshi berpartisipasi dalam pengepungan Nagashima pada tahun 1573.
Masih di tahun 1573, Ikeda Katsumasa kepala klan "Settsu-Ikeda" menyatakan kesetiaan kepada Nobunaga. Araki Murashige menjadi bawahan Hideyoshi dan dan ditempatkan di kastil Ibaraki. Pada tahun 1574, Hideyoshi dan Araki Murashige merebut Kastil Itami, dan kemudian pada tahun 1575, ia bertempur dalam Pertempuran Nagashino melawan klan Takeda.
Pada tahun 1576, ia mengambil bagian dalam Pengepungan Mitsuji, bagian dari Perang Ishiyama Hongan-ji yang berlangsung selama sebelas tahun. Kemudian, Nobunaga mengirim Hideyoshi ke Kastil Himeji untuk menaklukkan wilayah Chūgoku dari klan Mori. Tak lama kemudian, Kuroda Yoshitaka (Kanbei) bergabung ke dalam sayap Hideyoshi sebagai penasihat militer dalam kampanyenya ke Barat. Hideyoshi juga ikut terlibat secara tidak langsung dalam pertempuran Tedorigawa melawan klan Uesugi dan bertindak sebagai sayap bagi pasukan di bawah Shibata Katsuie.
Pada tahun 1577, Oda Nobunaga menugaskan Hideyoshi untuk memimpin kampanye militer melawan klan Mori di wilayah barat. Nobunaga menginginkan wilayah Chugoku sebagai bagian dari ekspansinya untuk menyatukan Jepang, dan klan Mori adalah kekuatan utama yang harus dikalahkan untuk mencapai tujuan itu.
Klan Mori dipimpin oleh Mori Terumoto, yang memiliki banyak sekutu dan benteng-benteng pertahanan kuat di seluruh wilayah barat. Tantangan bagi Hideyoshi sangat besar, karena klan Mori memiliki keunggulan dalam jumlah pasukan dan penguasaan medan.
Hideyoshi memulai kampanye dengan serangkaian pertempuran dan pengepungan yang bertujuan untuk memperluas pengaruh Nobunaga di wilayah Chugoku. Dimulai dari pengepungan kastil Miki di bawah Bessho Nagaharu pada tahun 1578. Dilanjutkan dengan pengepungan benteng Itami milik Araki Murashige yang berkhianat dan pengepungan benteng Tottori.
Salah satu pertempuran paling terkenal dalam kampanye Hideyoshi melawan klan Mori adalah Pengepungan Benteng Takamatsu di provinsi Bitchu (sekarang Prefektur Okayama) pada tahun 1582. Benteng ini dipimpin oleh Shimizu Muneharu, seorang jenderal klan Mori yang berani. Benteng Takamatsu sangat strategis, dan Hideyoshi ingin menguasainya untuk melemahkan kekuatan Mori di wilayah tersebut.
Hideyoshi menerapkan taktik yang cerdik untuk mengepung benteng ini. Ia memerintahkan pembuatan bendungan di sekitar benteng untuk membanjiri benteng dan memutus pasokan ke dalamnya. Taktik ini berhasil, dan benteng Takamatsu akhirnya terpaksa menyerah setelah dikepung dan dibanjiri air. Taktik bendungan ini menjadi salah satu strategi Hideyoshi yang paling terkenal dan cerdik dalam sejarah militer Jepang.
Disarikan dari: Wikipedia dan Google
Comments
Post a Comment