Oda Nobunaga: Sang Penguasa Owari (Part 2)


Oda Nobunaga (織田 信長, 23 Juni 1534 – 21 Juni 1582) adalah seorang daimyo Jepang dan salah satu tokoh terkemuka pada periode Sengoku dan Azuchi-Momoyama. Dia adalah Tenka-bito (天下人, lit. 'orang di bawah langit') dan dianggap sebagai "Pemersatu Besar" pertama di Jepang. Dia kadang-kadang disebut sebagai "Iblis Daimyō" dan "Raja Iblis dari Surga Keenam".

Nobunaga adalah tokoh berpengaruh dalam sejarah Jepang dan dianggap sebagai salah satu dari tiga pemersatu besar Jepang, bersama para pengikutnya, Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu. Nobunaga membuka fondasi keberhasilan pemerintahan Hideyoshi dan Ieyasu. Periode ketika Nobunaga dan Hideyoshi berkuasa disebut periode Azuchi–Momoyama. Nama "Azuchi–Momoyama" berasal dari fakta bahwa kastil Nobunaga, Kastil Azuchi, terletak di Azuchi, Shiga; sedangkan Kastil Fushimi, tempat tinggal Hideyoshi setelah pensiun, terletak di Momoyama.

Nobunaga adalah kepala klan Oda terkuat dan yang melancarkan perang melawan daimyo lain untuk menyatukan Jepang pada tahun 1560-an. Nobunaga muncul sebagai daimyo terkuat, menggulingkan shogun Ashikaga Yoshiaki yang berkuasa dan membubarkan Keshogunan Ashikaga pada tahun 1573. Ia menaklukkan sebagian besar Honshu pada tahun 1580, dan mengalahkan pemberontak Ikkō-ikki pada tahun 1580-an. Pemerintahan Nobunaga terkenal karena taktik militernya yang inovatif, mendorong perdagangan bebas, reformasi pemerintahan sipil Jepang, dan dimulainya periode seni sejarah Momoyama, tetapi juga karena penindasan brutal terhadap mereka yang menolak bekerja sama atau menyerah pada tuntutannya. Nobunaga bunuh diri selama Insiden Honnō-ji pada tahun 1582, ketika pengikutnya Akechi Mitsuhide menyergap dan menjebaknya di sebuah kuil di Kyoto; setelah menyadari dia dikepung, dia melakukan seppuku. Nobunaga digantikan oleh Toyotomi Hideyoshi, yang bersama Tokugawa Ieyasu menyelesaikan perang unifikasi tak lama kemudian.


3. Bentrok dengan Klan Imagawa


Klan Imagawa adalah salah satu klan kuat di Jepang bagian tengah (Provinsi Suruga). Di bawah kepemimpinan Imagawa Yoshimoto, mereka menjadi salah satu kekuatan militer yang dominan di daerah tersebut. Sedangkan klan Oda pada awalnya adalah klan yang lebih kecil, dengan kekuatan terbatas di Provinsi Owari. Di bawah Oda Nobunaga, klan ini mulai membangun kekuatan, meski pada saat itu Oda belum terkenal seperti nantinya.

Imagawa Yoshimoto adalah penentang lama ayah Nobunaga, dan berusaha memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah Oda di Owari. Imagawa Yoshimoto adalah seorang daimyo (tuan feodal) pada masa Sengoku yang memerintah Provinsi Suruga dan Provinsi Totoumi, dan merupakan kepala klan Imagawa ke-11. Dia berperang melawan ayah Oda Nobunaga, Nobuhide, yang mengakibatkan perluasan pengaruhnya hingga ke Provinsi Mikawa. Selain prestasi di bidang militer/diplomasi, dengan kata lain terbentuknya Sangoku Domei (aliansi Takeda Shingen, Hojo Ujiyasu, dan Imagawa Yoshimoto), Yoshimoto juga menunjukkan bakatnya yang luar biasa dalam urusan dalam negeri melalui upaya-upaya antara lain pembentukan 21 aturan dari Imagawa Kana Mokuroku Tsuika (memperluas aturan keluarga Imagawa), mendapat julukan “Kaido Ichi no Yumitori" ("Samurai Nomor Satu di wilayah Tokaido").

Pada tahun 1560, Imagawa Yoshimoto mengumpulkan 25.000 tentara, dan berbaris menuju ibu kota Kyoto, dengan dalih membantu Keshogunan Ashikaga yang lemah. Klan Matsudaira juga bergabung dengan pasukan Yoshimoto. Pasukan Imagawa dengan cepat menyerbu benteng perbatasan Washizu, dan pasukan Matsudaira yang dipimpin oleh Matsudaira Motoyasu merebut Benteng Marune dari klan Oda. Untuk melawan hal ini, klan Oda hanya dapat mengerahkan pasukan yang berjumlah 2.000 hingga 3.000 orang. Beberapa penasihatnya (seperti Hayashi Hidesada dan Shibata Katsuie) menyarankan agar ia berlindung di Kastil Kiyosu dan menunggu pengepungan oleh Imagawa, namun Nobunaga menolak, menyatakan bahwa "hanya kebijakan ofensif yang kuat dapat mengimbangi jumlah musuh yang lebih banyak", dan dengan tenang memerintahkan serangan balik. melawan Yoshimoto.

Bentrokan antara kedua klan ini mencapai puncaknya dalam Pertempuran Okehazama pada tahun 1560. Pada saat itu, Imagawa Yoshimoto memimpin pasukan besar menuju Kyoto dengan tujuan menaklukkan ibu kota dan memperluas kekuasaannya. Dalam perjalanan, pasukan besar klan Imagawa (sekitar 25.000 tentara) memasuki wilayah Owari, yang dikuasai oleh klan Oda.

Oda Nobunaga, yang hanya memiliki sekitar 2.000-3.000 pasukan, memutuskan untuk mengambil risiko besar. Dia melancarkan serangan mendadak yang strategis pada pasukan Imagawa saat mereka beristirahat di tempat yang dikenal sebagai Okehazama.

Pengintai Nobunaga melaporkan bahwa Yoshimoto sedang beristirahat di ngarai sempit Dengaku-Kazama, ideal untuk serangan mendadak dan bahwa tentara Imagawa sedang merayakan kemenangan mereka atas benteng Washizu dan Marune. Sementara Yoshimoto melihat kemenangan di depan, pasukan Nobunaga berbaris ke Kuil Atsuta, sebuah kuil berbenteng yang menghadap ke kamp Imagawa. Kemudian, Nobunaga pindah ke benteng Zensho-ji, membentuk pasukan umpan di sana, berbaris cepat di belakang kamp Yoshimoto, dan menyerang setelah terjadi badai petir yang dahsyat. Yoshimoto dibunuh oleh dua samurai Oda. Dengan kemenangannya dalam pertempuran ini, Oda Nobunaga memperoleh prestise yang tinggi, dan banyak samurai serta panglima perang berjanji setia kepadanya.

Melemah dengan cepat setelah pertempuran ini, klan Imagawa di bawah Imagawa Ujizane tidak lagi memegang kendali atas klan Matsudaira. Pada tahun 1561, aliansi dibentuk antara Oda Nobunaga dan Matsudaira Motoyasu (yang kemudian menjadi Tokugawa Ieyasu), meskipun terdapat permusuhan selama puluhan tahun antara kedua klan tersebut. Nobunaga juga membentuk aliansi dengan Takeda Shingen melalui pernikahan putrinya dengan putra Shingen.

4. Kampanye menuju Wilayah Mino


Pada tahun 1561, Saitō Yoshitatsu, saudara ipar Nobunaga, meninggal mendadak karena sakit dan digantikan oleh putranya, keponakan Nobunaga, Saitō Tatsuoki. Yoshitatsu membunuh ayah, Saitō Dosan dan saudara laki-lakinya untuk menjadi daimyo, dan Nobunaga telah berusaha membalas pembunuhan ayah mertuanya berkali-kali. Keponakan Nobunaga, Tatsuoki, masih muda dan kurang efektif sebagai penguasa dan ahli strategi militer dibandingkan ayah dan kakeknya. Nobunaga melihat kelemahan Tatsuoki sebagai kesempatan untuk menguasai Mino. Namun, klan Saitō masih memiliki benteng yang kuat di Istana Inabayama (sekarang disebut Istana Gifu), yang terletak di lokasi strategis di tepi gunung dan sulit ditaklukkan dengan serangan langsung. Memanfaatkan situasi ini, Nobunaga memindahkan markasnya ke kastil Komaki dan memulai kampanyenya di Provinsi Mino, mengalahkan Tatsuoki dalam Pertempuran Moribe  dan Pertempuran Jushijo pada bulan Juni di tahun yang sama.

Dengan meyakinkan para pengikut Saitō untuk meninggalkan tuan mereka yang tidak kompeten dan bodoh, Nobunaga secara signifikan melemahkan klan Saitō. Pada tahun 1564, Oda Nobunaga mengirim pengikutnya, Kinoshita Tōkichirō, untuk menyuap banyak panglima perang di daerah Mino untuk mendukung klan Oda. Pada tahun 1566, Nobunaga menugaskan Kinoshita untuk membangun kastil Sunomata di tepi Sungai Sai di seberang wilayah Saitō, untuk dijadikan titik awal bagi pasukan Oda, dan untuk mengintimidasi, mengejutkan, dan menurunkan moral musuh.

Pada tahun 1567, Tiga Serangkai Mino (西美濃三人衆, Nishi-Mino Sanninshū) dipimpin oleh tiga jenderal samurai yang melayani klan Saitō: Inaba Yoshimichi (Ittetsu), Andō Morinari (Michitari), dan Ujiie Naomoto (Bokuzen) setuju untuk berpindah pihak dan bergabung dengan kekuatan Oda Nobunaga. Selain itu, Takenaka Shigeharu (Hanbei), penasihat militer Mino pun ikut bergabung dan menjadi penasihat militer bagi Kinoshita Tokichiro. 

Pada akhirnya, setelah melemahkan kekuatan klan Saitō secara bertahap, Nobunaga melancarkan serangan besar terhadap kastil Inabayama pada tahun 1567. Pasukan gabungan mereka melancarkan serangan terakhir yang penuh kemenangan di pengepungan kastil Inabayama.  Setelah menguasai kastil tersebut, Nobunaga mengubah nama kastil Inabayama dan kota sekitarnya menjadi Gifu. Nobunaga mendapatkan istilah Gifu dari Gunung Qi yang legendaris (岐山 Qi dalam bahasa Cina Standar) di Tiongkok, tempat asal mula dinasti Zhou. Nobunaga mengungkapkan ambisinya untuk menaklukkan seluruh Jepang, dan juga mulai menggunakan segel pribadi baru yang bertuliskan Tenka Fubu (天下布武), yang secara harfiah berarti "Semua di bawah langit, menyebarkan kekuatan militer", atau lebih idiomatis, "Seluruh dunia dengan kekuatan senjata". 

5. Menuju Ibukota Kyoto


Setelah penaklukan Nobunaga atas Provinsi Mino pada tahun 1567, Nobunaga mengirim Takigawa Kazumasu dalam kampanye yang terdiri dari dua invasi ke Provinsi Ise pada tahun 1567 dan 1568 yang mengalahkan banyak keluarga Ise ,diperintah oleh klan Kitabatake. Kemudian pada tahun 1569, kepala klan Kitabatake, Kitabatake Tomonori, mengadopsi putra kedua Nobunaga, Oda Nobukatsu.

Nobunaga juga dalam upaya memperkuat aliansi antara Nobunaga dan panglima perang saingannya Azai Nagamasa dari Provinsi Omi, Nobunaga mengatur agar Oichi, saudara perempuannya, menikahi Nagamasa. Nobunaga menginginkan hubungan damai dengan klan Azai karena posisi mereka yang strategis antara tanah klan Oda dan ibu kota, Kyoto.

Pada tahun 1568, Ashikaga Yoshiaki dan Akechi Mitsuhide, sebagai pengawal Yoshiaki, pergi ke Gifu untuk meminta Nobunaga memulai kampanye menuju Kyoto. Yoshiaki adalah saudara laki-laki shogun ke-13 Keshogunan Ashikaga yang terbunuh, Yoshiteru, yang telah dibunuh oleh Miyoshi Sanninshu (tiga kepala klan Miyoshi: Miyoshi Nagayuki, Miyoshi Masayasu dan Iwanari Tomomichi). Yoshiaki ingin membalas dendam terhadap para pembunuh yang telah membentuk shogun boneka, Ashikaga Yoshihide. Nobunaga setuju untuk mengangkat Yoshiaki sebagai shogun baru, dan memanfaatkan kesempatan untuk memasuki Kyoto, memulai kampanyenya. 

Hambatan di selatan Provinsi Ōmi adalah klan Rokkaku, yang dipimpin oleh Rokkaku Yoshikata, yang menolak mengakui Yoshiaki sebagai shogun dan siap berperang untuk membela Yoshihide. Sebagai tanggapan, Nobunaga melancarkan serangan cepat ke Kastil Chōkō-ji, mengusir klan Rokkaku keluar dari kastil mereka, kemudian berbaris ke Kyoto. Kemudian pada tahun 1570, Rokkaku mencoba merebut kembali kastil tersebut, tetapi mereka berhasil dipukul mundur oleh pasukan Oda yang dipimpin oleh Shibata Katsuie. Tentara Oda yang mendekat mempengaruhi klan Matsunaga untuk tunduk kepada shogun masa depan. Daimyo Matsunaga Hisahide mempertahankan gelarnya dengan membuat keputusan untuk bersekutu dengan klannya shogun.

Pada tanggal 9 November 1568, Nobunaga memasuki Kyoto, mengusir klan Miyoshi, yang mendukung shogun ke-14 dan melarikan diri ke Settsu, dan mengangkat Yoshiaki sebagai shogun ke-15 dari Keshogunan Ashikaga. Namun, Nobunaga menolak gelar wakil shogun (Kanrei), atau penunjukan apa pun dari Yoshiaki, meskipun Nobunaga sangat menghormati Kaisar Ōgimachi.

Disarikan dari: Wikipedia dan Google

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Sekilas tentang Novel "Taiko"

Toyotomi Hideyoshi, si Monyet Pemersatu Jepang (Part 1)